PENAJAM – Akhmad Indradi tidak pernah menyangka kalau pilihan sulit yang dia ambil akan berbuah manis satu dekade kemudian. Tidak lama setelah ayahnya wafat di sebidang lahan di Desa Labangka, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada 2005, keluarganya berkumpul untuk membahas satu topik: lahan seluas 13 hektar di Penajam.
Lahan itu bukanlah ladang pertanian atau kebun siap panen. “Lahan itu masih semak belukar,” kata Indradi, petani sawit sukses yang belakangan banyak memotivasi anak muda terjun menjadi petani.
Ayahnya seorang peneliti tanaman karet di perusahaan riset milik PT Perkebunan di Salatiga, Jawa Tengah. Di masa tuanya nanti ia ingin memiliki kebun sendiri. Bukan untuk ditanami karet, tapi kelapa sawit. Alasannya sederhana, sawit lebih prospektif di masa depan.
“Beliau tidak egois harus ditanami karet,” kata alumnis Magister Manajemen Agribisnis UGM Yogyakarta ini.
Namun, keinginan itu urung terwujud karena tidak lama setelah semak belukar itu dibeli, sang ayah terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Ketika musyawarah keluarga bertanya siapa yang akan mengurus lahan peninggalan almarhum, Indradi menyatakan bersedia.
Bagi Indradi ini pilihan sulit. Sebab, cita-citanya barkarir di sektor perdagangan internasional minyak kelapa sawit. “Sejak kuliah saya memang tertarik dengan komoditas sawit, tapi bukan sebagai petani,” katanya.
Di mata anak mudah ini, petani selalu digambarkan miskin, kotor, kerja keras tiada henti, tidak bergengsi, dan tidak memberikan jaminan masa depan. Makanya, profesi petani sawit bukan pilihan hidupnya. Tapi, cintanya pada sawit tidak pernah padam.
Baca Juga:
Berkah Bertani di Balik Sepinya Panggilan Menyanyi
Bukti cintanya pada sawit diwujudkan dalam tugas akhir studi pascasarjana di UGM. Tesisnya masih tentang sawit. Judulnya Prospek Minyak Sawit Indonesia di Pasar Eropa Timur. Bukti lainnya, ia juga sudah berkarir di perusahaan ekspor impor di Jakarta selama satu tahun.
Namun, tekad untuk mewujudkan impian sang ayah memiliki kebun sawit rupanya semakin kuat. Ia bertekad mewujudkan impian itu. Ia pun putar haluan setelah musyawarah keluarga. Langkahnya mulai mantap dan ia hijrah dari Yogayarkta menuju Penajam untuk menjadi petani sawit.
Indradi mulai merintis lahan seluas 13 hekar itu menjadi kebun sawit. “Mulai dari nol,” katanya. Menebang pohon, membersihkan lahan, sampai menangani hama babi hutan ia lakukan. “Saya hidup di hutan selama merintis kebun sawit,” kata pria yang hobi traveling ini.
Pekerjaan kasar yang selama ini ingin dia hindari justru harus dia lakukan sekarang. Ia yang biasa hidup di kota dan pernah berkarir di Jakarta harus menjalani hidup di tempat sepi, jauh dari kota, tidak ada listrik, dan jalanan rusak. “Rindu kampung halaman itu juga tantangan,” katanya.
Perjuangan selama enam tahun sejak 2005 itu tidak sia-sia. Tanaman sawitnya mulai berbuah. Lahan yang dimiliki juga semakin luas. Dari awalnya 13 hektare, pemilik Indra Sutardi Plantation ini sekarang mengelola 130 hektar lahan sawit. “Saya membeli lahan secara bertahap,” kata Akhmad Indradi.
Selain kebun sawit, usaha Indradi juga merambah sektor pariwisata dengan membuka kebun kelapa pandan wangi, kelapa kopyor, dan hutan wisata.
Semua pengorbanan selama membangun kebun sawit terbayar dengan penghasilan yang dia dapatkan sekarang. Kebun sawitnya telah memberikan passive income dalam jangka panjang. Operasional kebun sudah auto pilot karena ada sistem yang dijalankan pekerja dan mandor.
Baca Juga:
Pilih Bertani Labu Siam, Pemuda Ini Hidup Makmur
“Menjadi petani sawit adalah keputusan terbaik dalam hidup saya,” kata Wasekjen Litbang DPP APKASINDO ini. Traveling ke luar negeri bersama keluarga adalah buah dari kerja yang dijalaninya selama ini.
Sebagai salah satu ungkapan rasa syukurnya, dia mulai membantukan diri mengurus Pondok Pesantren Al Abqary Penajam yang dia bangun di depan Kantor Bupati Penajam Paser Utara di Nipahnipah.
Dia sisi lainnya, dia semakin aktif memotivasi generasi muda untuk berani terjun ke dunia pertanian karena banyak peluang yang menjanjikan. Ia pun tak segan berbagi kiat sukses di banyak forum di berbagai daerah. Ia kini menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berani menjadi pribadi mandiri dengan menjadi petani. (AFS)