MAGELANG – Pasar Australia dan Jepang ternyata memiliki minat yang tinggi terhadap daun pakis hias (leather leaf fern) dari Gunung Sumbing, Magelang, Jawa Tengah. Namun, belum banyak yang mengenali potensi ekspor tanaman hias yang satu ini.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang urhadi Noerachman mengungkapkan, Kabupaten Magelang sudah memiliki produsen tanaman pakis yang telah diekspor ke Jepang dan Australia.
“Magelang punya banyak potensi yang bisa diekspor, bahkan yang tidak terpikirkan kita yaitu pakis. Ini sudah diekspor sampai Jepang dan Australia,” kata Turhadi saat memberikan Bimbingan Teknis Standart Produk Pertanian Berorientasi Ekspor di Magelang.
Setiap tahun pakis dari lereng Gunung Sumbing, Magelang, dikirim ke dua negara tersebut rata-rata mencapai 18-20 ton per tahun, sejak 2020. Saat ini sudah mulai rutin dikirim 1-2 kali setiap bulan. “Daun pakis ini biasanya untuk hiasan di Jepang. Pengiriman ke negara ekspor tergantung ketersediaan komoditas, mereka mau berapa pun jumlahnya,” ujarnya.
Selain pakis, komoditas utama ekspor lainnya adalah buah salak asal Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Permintaan salak mencapai 7-10 ton per minggu. Lalu kopi, kentang, porang dan beras organik. “Magelang itu sentra utama beras organik untuk Jawa Tengah dan Indonesia. Ada 1.200 hektar (lahan beras organik) itu luar biasa. Produk organik itu sekarang banyak dimintai maka terus kita dorong,” katanya.
Kurangnya kontinyuitas dan ketersediaan komoditas menjadi kendala petani meningkatkan pangsa pasar hingga luar negeri. Untuk pasar ekspor membutuhkan persyaratan yang lebih spesifik dari pembeli atau negara tujuan ekspor. “Misalnya, salak, tidak boleh ada lalat buah. Kalau ada pasti ditolak,” katanya.
Balai Karantina Pertanian mendorong petani dan pengusaha produk pertanian, khususnya pangan dan holtikultura, untuk mengembangkan pasar hingga ekspor. Untuk masuk pasar ekspor harus memenuhi persyarakatan yang telah ditentukan oleh negara tujuan ekspor.
Selain pakis hias dari Magelang, pasar Jepang juga meminati pakis hias dari Cianjur untuk kebutuhan dekorasi pesta. Direktur PT Sinar Equator Erna Sapta Rini mengatakan potensi bisnis ini sangat menjanjikan.
“Saat ini, leather leaf masih banyak peminatnya. Jepang pun menerima leather leaf dari Indonesia tanpa dibatasi kuota” katanya. Dia memulai bisnis tanaman hias sejak 2005, dengan menyewa lahan seluas 5 hektar di Gekbrong, Cianjur. Sebagian besar lahan itu digunakan untuk budidaya pakis.
Harga pakis hias itu cukup bagus yakni Rp 500-700 per tangkai. Untuk yang diekspor harga yang ditawarkan Rp 2.000/stems. Harga ini berlaku untuk ukuran S, M, L, dan XL. Yang membedakan ukuran itu berdasarkan ukuran panjang.
Saat ini, Sinar Equator mengekspor daun pakis ke Jepang dua kali sebulan dengan sekali kirim sebanyak 120.000 stems atau 120 box. Dalam satu tahun pihaknya mengekspor lebih dari 1,2 Juta stems pakis hias. (EFS)