MEDAN – Dalam tiga tahun terakhir PT Perkebunan Nusantara (PTPN) gencar melakukan transformasi untuk menjadikan perusahaan milik negara di bidang perkebunan sebagai perusahaan yang menguntungkan. Salah satu langkah drastis adalah restrukturisasi dengan cara menggabungkan 13 anak usaha menjadi tiga perusahaan sub-holding saja.

Direktur Utama PTPN III Persero (Induk Holding PTPN Group), Mohammad Abdul Ghani mengatakan restrukturisasi ini tidak lain sebagai bentuk transformasi perseroan dengan merampingkan 13 anak usaha PTPN menjadi tiga entitas sub-holding yang lebih spesifik. Sebelumnya, PTPN memiliki 14 anak perusahaan dengan PTPN III sebagai Induk Holding.

Dengan adanya restrukturisasi, BUMN bidang perkebunan ini terbagi menjadi satu entitas holding dan 3 sub-holding.

Baca Juga:
PTPN Perluas Ekspor Tembakau ke Eropa dan Amerika Latin

“Saat ini, Induk holding PTPN Group dipegang oleh PTPN III. Sub holding-nya terbagi menjadi PalmCo, SugarCo, dan SupportingCo yang bisnisnya lebih spesifik berdasar komoditas,” kata Ghani dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024 di Jakarta pada 30 April 2024.

Restrukturisasi menjadikan anak usaha PTPN tersebar ke sub holding yang sesuai bisnis inti masing-masing perusahaan. Sub holding PalmCo merupakan penggabungan PTPN IV, VI, dan XIII dalam PTPN IV.

Sedangkan SupportingCo merupakan penggabungan PTPN II, PTPN VII-PTPN XII, dan PTPN XIV ke PTPN I. Perusahaan ini berfokus mengelola perkebunan selain komoditas sawit serta inkubasi bisnis baru seperti pengelolaan aset dan green industri.

Abdul Ghani mengatakan kondisi politik global yang berdampak pada kedaulatan pangan Indonesia. Tensi geopolitik menyebabkan ketidakstabilan harga terganggu. Ketidakpastian global membuat sejumlah negara membatasi ekspor pangan untuk menyelamatkan rakyatnya. Di sisi lainnya, Undang-Undang Anti Deforestasi Eropa berpotensi menghambat ekspor komoditas dari Indonesia.

Keberadaan PalmCo yang bisnisnya fokus pada perkebunan sawit serta karet diharapkan berdampak positif bagi ketahanan pangan dan energi sebagai Proyek Strategis Nasional sesuai Permenko Perekonomian No.21 Tahun 2022.

Palmco diproyeksikan akan mengakselerasi produksi CPO hingga 1,2 kali lipat menjadi 3,3 juta ton per tahun pada 2026. Sejalan dengan itu, produksi minyak goreng diproyeksikan akan meningkat 4 kali lipat menjadi 1,8 juta ton per tahun. “Melalui SugarCo diharapkan mendukung terwujudnya percepatan swasembada gula nasional,” katanya.

SugarCo akan melakukan inisiatif untuk mendukung terwujudnya swasembada gula nasional dengan melakukan perluasan areal, pembangunan dan revitalisasi pabrik, perbaikan kultur teknis, perbaikan bibit, serta perbaikan skema bagi hasil dengan petani.

Selain itu, SugarCo juga jadi pemain utama dalam penghiliran tebu sebagai sumber energi alternatif (bioetanol). SugarCo) diproyeksikan mampu memproduksi ethanol 328.740 kiloliter atau meningkat 70% pada 2028. “Jadi ini tujuan restrukturisasi yang kami lakukan selama ini,” katanya. (EFS)

 

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version