BANDUNG – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat akan berfokus pada pengembangan ekosistem produksi pertanian untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani. Ekosistem ini terdiri dari berbagai kalangan antara lain petani, penggilingan padi, produsen benih, produsen pupuk dan obat, hingga pedagang di sektor pertanian.

“Dalam ekosistem ini, petani bukan sekadar obyek, tapi sebagai subyek penting dalam mata rantai sektor pertanian,” kata Diyan Anggraini, Ketua DPD HKTI Jawa Barat dalam Halal Bihalal bersama pengurus 27 DPC HKTI se-Jawa Barat di Bandung pada 20 April 2025. Acara ini sekaligus pemaparan program HKTI Jawa Barat untuk lima tahun ke depan.

Baca Juga:
Pupuk Hayati BIOTOP Dongkrak Hasil Panen Petani

Pengembangan ekosistem ini dimulai dari penggilingan padi untuk standarisasi beras yang dihasilkan. “Jangan sampai ada beras labelnya premium, tapi isinya medium,” katanya. Untuk itu, HKTI Jawa Barat berfokus pada beras fortifikasi, yakni beras bervitamin dengan sedikit kandungan karbohidrat tapi kaya kandungan mikronutrien seperti vitamin A, vitamin B1, B3, B6, B12, asam folat, zat besi dan seng (Zn).

Diyan Anggraini mengatakan penggililan padi yang ada sebagian besar sudah berusia senja sehingga tidak mungkin menghasilkan beras premium. Karena itu, target menghasilan beras fortifikasi harus dimulai dari standarisasi penggilingan padi lebih dahulu. “Kalau mesin sudah jadul, tidak mungkin menghasilkan beras premium,” katanya.

Beras fortifikasi dikenal sebagai beras sehat untuk mendukung pola hidup sehat sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Beras ini juga berperan besar dalam penanganan dan pencegahan stunting. Beras fortifikasi tentunya sangat baik sebagai beras untuk program makan bergizi yang dijalankan Presiden Prabowo.

Menurut Diyan Anggraini, penggilingan padi menjadi salah satu perhatian HKTI Jawa Barat karena banyak penggilingan padi yang berhenti beroperasi. Salah satu penyebab antara lain pembatasan harga jual. Selain itu, kontinuitas pasokan gabah yang akan digiling menjadi faktor lain pemicu tutupnya penggilingan padi.

Baca Juga:
Tanam 69 Durian di Kampung Mak Erot

Dalam mara rantai produk pertanian, penggilingan padi sama pentingnya dengan petani karena menjadi ujung tombak. Kontinuitas produksi dari mereka harus terjaga dengan pola pengaturan tanam. Termasuk juga rotasi tanam dan jenis tanaman pangan yang ditanam. “Tim riset HKTI Jawa Barat sedang merumuskan inovasi tentang cara tanam, benih, pupuk, dan lain-lainnya,” katanya.

Diyan Anggraini menegaskan penggilingan padi yang bergabung dengan HKTI akan didorong untuk meningkatkan kualitas produknya. Hal ini untuk mengantisipasi kalau kapasitas Bulog sudah maksimum dan tidak mampu menyerap gabah petani. “HKTI harus ambil peranan di sini,” katanya. Keberadaan penggilingan padi dalam ekosistem pertanian ini akan mencegah petani dari jeratan calo maupun tengkulak.

Menurut Diyan anggraini, ketahanan pangan tidak semata-mata peningkatkan produksi hasil panen, namun juga pengelolaan pasca panen, termasuk sebelum tanam. “Jangan sampai hasil panen tidak terserap yang akhirnya rusak,” katanya. Dia mengajak HKTI Jawa Barat menjadi pelopor yang bergerak dengan cara terjun langsung di lapangan. (EFS)

 

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version